Cara Memilih Learning Management System (LMS) dengan Tepat

Nasikhun A. 28 Mei 2024 5 Menit 0

Advertisements

Memilih Learning Management System (LMS) butuh banyak pertimbangan, misalnya apakah Anda perlu LMS dengan fitur virtual conference dan chatbot? Bagaimana dengan fitur kuis dan assessment?

Tidak hanya lembaga pendidikan, namun berbagai korporasi juga sudah mengadopsi LMS untuk memenuhi kebutuhannya. Contohnya LMS menjadi platform melakukan corporate training untuk karyawan.

Artikel ini merupakan upaya kami dalam membantu Anda memilih LMS. Dengan demikian, tujuan pembuatan sistem manajemen pembelajaran Anda dapat tercapai, dan kebutuhannya terpenuhi.

Advertisements

Cara Memilih Learning Management System (LMS)

Berikut ini rangkaian cara memilih Learning Management System (LMS) yang sesuai dengan kebutuhan Anda, mulai dari pemahaman konteks bisnis/organisasi, hingga fitur yang perlu Anda pertimbangkan.

1. Pahami Tipe Organisasi Anda

Cara Memilih Learning Management System (LMS)

Sebelum memilih Learning Management System (LMS) yang dapat Anda pilih, penting untuk memahami jenis organisasi/lembaga Anda. Hal ini setidaknya berkaitan dengan jenis industri/organisasi dan seberapa besar ukuran perusahaannya.

Ada banyak jenis organisasi yang membutuhkan LMS. Secara garis besar, kami memetakan organisasi ke dalam lima kategori:

  • Korporasi/industri untuk training umum: Jenis organisasi yang butuh LMS untuk training kemampuan karyawan secara umum, tanpa memandang keahliannya. Misalnya seperti on-boarding training.
  • Korporasi/industri untuk training skill spesifik: Jenis organisasi yang butuh LMS untuk training kemampuan spesifik karyawan. Misalnya seperti skill Digital Marketing, Programming, dan lainnya.
  • Institusi dan lembaga pendidikan: Jenis organisasi yang butuh LMS untuk mendukung kebutuhan pembelajaran offline. Contohnya seperti kampus, lembaga bimbingan belajar (bimbel), atau lembaga seritifikasi.
  • Organisasi non-profit: Jenis organisasi yang membutuhkan LMS untuk melakukan pelatihan pada volunteer.
  • Lembaga pemerintahan: Jenis organisasi yang membutuhkan LMS untuk pelatihan pegawai negeri.

Industri yang berbeda bisa jadi memiliki kebutuhan compliance dan pelatihan menggunakan LMS yang berbeda pula. Misalnya saja perusahaan manufaktur di area dengan akses internet terbatas butuh fitur offline access.

Sementara itu, untuk lembaga pemerintahan, mereka lebih membutuhkan fitur integrasi Single Sign-On (SSO), karena biasanya lembaga pemerintah sudah memiliki user authentication system untuk para pegawai.

Advertisements

2. Tentukan Tujuan Anda

Cara Memilih Learning Management System (LMS)

Selanjutnya, untuk memilih Learning Management System (LMS) yang tepat, Anda juga perlu menentukan goal atau tujuan Anda dalam menggunakan LMS. Pemahaman terhadap tujuan yang jelas akan memudahkan Anda ketika menentukan kebutuhannya LMS.

Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat membantu Anda melihat tujuan pembuatan LMS adalah berikut:

  • Untuk meningkatkan efisiensi pelatihan? Maka butuh fitur automated workflow dan reporting untuk melihat progres kemampuan pegawai dengan mudah.
  • Untuk meningkatkan engagement karyawan? Maka Anda butuh LMS dengan User Interface (UI) yang friendly, konten yang interaktif, hingga fitur social learning yang memungkinkan integrasi dengan media sosial.
  • Untuk meningkatkan kemampuan spesialisasi karyawan dengan cara yang menyenangkan? Maka penting untuk memiliki sistem LMS dengan fitur Gamification.

Dengan memahami tujuan tersebut, Anda akan dengan mudah menyeleksi fitur mana yang dibutuhkan dan mana yang tidak ketika memilih Learning Management System (LMS).

3. Evaluasi Vendor LMS

Cara Memilih Learning Management System (LMS)

Langkah selanjutnya untuk menentukan Learning Management System (LMS) yang tepat untuk Anda adalah dengan mengevaluasi vendor. Tentu hal ini dapat Anda lakukan setelah Anda memahami jenis-jenis vendor LMS.

Di sini kami melakukan simplifikasi dan klasifikasi tipe Learning Management System (LMS) berdasarkan jenis vendor-nya:

  • Content Provider: Jenis vendor ini adalah LMS yang menyediakan konten pembelajaran dan pelatihan. Namun Anda tidak dapat meng-upload konten pelatihan/pembelajaran Anda sendiri. Contohnya seperti Udemy dan Oracle University.
  • LMS Platform: Jenis vendor ini adalah LMS yang menyediakan tempat untuk posting/upload konten pembelajaran atau pelatihan. Analoginya seperti ruko di mana Anda bisa menyediakan produknya. Contohnya seperti Degreed.
  • LMS Provider: Jenis vendor ini adalah LMS yang menyediakan aplikasi untuk mendesain dan mengatur Learning Management System (LMS) Anda sendiri, hingga mengatur siapa saja yang bisa membuat konten. Ini analoginya seperti bangunan kosong di mana Anda bisa mendekorasi sesuai kebutuhan Anda. Contohnya sepeti Moodle, Google Classroom, dan Cornerstone OnDemand.
  • Custom LMS Partner: Jenis vendor ini adalah mereka yang dapat membantu Anda membuatkan LMS persis sesuai dengan kebutuhan, di mana Anda juga dapat berkonsultasi terkati fitur yang diperlukan, tujuan, dan jenis teknologi apa yang tepat. Analoginya seperti Anda memiliki sebuah tanah dan vendor ini adalah arsitek yang dapat membantu Anda membangun rumahnya. Contoh Custom LMS Partner adalah Tonjoo.

Jika Anda sudah memahami tipe organisasi dan tujuan Anda memilih LMS, Anda akan lebih mudah menentukan tipe vendor LMS mana yang Anda butuhkan. Selanjutnya, Anda baru dapat mengevaluasi LMS tersebut.

Misalnya saja, setelah melakukan tahap pertama dan kedua, Anda berkesimpulan membutuhkan jenis vendor Custom LMS Partner, maka Anda bisa mulai meriksa portofolio dan track record agensi tersebut. Beberapa pertanyaan yang bisa Anda ajukan:

  • Apakah mereka pernah mengembangkan LMS dan bagaimana hasilnya?
  • Berapa lama pengalaman agensi tersebut menangani pengemabangan LMS?
  • Bagaimana feedback pelanggan yang menggunakan jasanya?

Atau contoh lain, jika Anda memilih Learning Management System (LMS) provider seperti Moodle, Anda bisa melakukan uji coba aplikasi gratisnya secara langsung. Anda juga bisa membandingkan LMS Moodle dengan WordPress.

Apabila tertarik mencoba LMS di WordPress, silakan install WordPress terlebih dahulu. Selanjutnya, Anda bisa install plugin WordPress yang bernama LearnPress yang telah digunakan oleh lebih dari 90.000 website.

Advertisements

4. Pertimbangkan Biaya dan Budget

Cara Memilih Learning Management System (LMS)

Petimbangan selanjutnya untuk memilih Learning Management System (LMS) adalah memeriksa harga yang harus Anda bayar. Karena setiap vendor LMS mematok biaya yang berbeda-beda.

Perbedaan biaya ini berkaitan dengan banyak aspek, berikut di antara aspek yang mempengaruhi perbedaan biaya yang vendor terapkan:

  • Model deployment: Ada dua jenis model deployment; (1) could-based di mana LMS dapat diakses melalui browser. Jenis ini biasanya menyediakan skema pembayaran berlangganan bulanan atau tahunan; (2) on-premise di mana Anda membeli aplikasi LMS yang kemudian dapat di-install di server pribadi.
  • Fitur dan fungsionalitas: Semakin banyak fitur dan fungsi aplikasi LMS, maka semakin tinggi biayanya. Misalnya LMS dengan fitur biasa seperti upload materi, asesmen, dan reporting memiliki biaya lebih murah dibanding LMS dengan fitur canggih seperti gamification dan social learning.
  • Jumlah pengguna: Jika menggunakan LMS yang cloud-based, normalnya akan ada skema biaya dengan pertimbangan jumlah pengguna. Misalnya untuk skema satu pengguna memiliki biaya langganan yang lebih murah dibanding dengan lima pengguna.
  • Kustomisasi: Apabila menggunakan LMS Platform dan LMS Provider, Anda memiliki opsi kustomisasi LMS yang cukup tinggi. Apabila kustomisasinya tinggi, tentu ini akan berdampak pada biaya juga.

Nah, dengan memperhatikan biaya tersebut, Anda dapat membandingkan dengan komponen apa saja yang perlu ada dalam sebuah Learning Management System (LMS). Selanjutnya, Anda dapat memperhitungkan berdasarkan budget yang tersedia, mana LMS yang sesuai.

Advertisements

5. Pahami User Experience-nya

Masih ingat jenis vendor yang Anda pilih pada poin ketiga? Bila Anda memilih Learning Management System (LMS) vendor (1) Content Provider, (2) LMS Platform, dan (3) LMS Provider, maka Anda perlu memperhatikan apakah antarmuka platform yang mereka tawarkan user-friendly.

Apabila platform tersebut tidak user-friendly, tentu LMS tersebut akan menyulitkan penggunanya. Bedasarkan studi Dacebo yang dipublikasikan oleh Research.com menunjukkan, salah satu hambatan adopsi LMS adalah user experience-nya yang kurang bagus.

Namun, apabila Anda menggunaka vendor jenis ke-4 yakni Custom LMS Partner, user-experience selalu bisa diperbaiki. Karena vendor Custom LMS Partner memiliki tim sendiri yang khusus menangani user experience, yakni bagian UI/UX Designer dan Software Quality Assurance.

Advertisements

Sudah Siap Memilih Learning Management System (LMS)?

Demikian beberapa tips dari kami tentang bagiamana cara memilih Learning Management System (LMS) yang sesuai dengan kebutuhan Anda.

Selain lima cara memilih LMS di atas, untuk menentukan salah satu yang tepat adalah dengan memeriksa apakah LMS tersebut bisa diintegrasikan dengan plaform lain, apakah mereka memiliki tim support dan training yang ahli, bagaimana keamanan dan kebijakan privasi datanya.

Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah berhasil Anda jawab, selanjutnya Anda bisa masuk ke tahap decision-making ‘membuat keputusan’ untuk memilih LMS yang paling tepat untuk organisasi Anda.

Untuk mewujudkan LMS terbaik, Anda dapat bekerja sama bersama Custom LMS Partner berpengalaman seperti Tonjoo. Selama lebih dari 10 tahun Tonjoo telah berhasil mengembangkan LMS Universitas Gadjah Mada, FutureSkills, Cakap, dan masih banyak lagi.

Apabila Anda tertarik, atau membutuhkan bantuan untuk mengembangkan website berbasis WordPress, silakan langsung hubungi Tim Tonjoo melalui Kontak Tonjoo, atau komentar di bawah.

SMTP


Baca artikel terkait WordPress, WooCommerce, Plugin dan pengembangan website lainnya dari Moch. Nasikhun Amin di blog Tonjoo Studio.


 

Last Updated on Mei 28, 2024 by Nasikhun A.

Bagikan ke:
Diarsipkan di bawah:
Nasikhun A.
Ditulis oleh

Nasikhun A.

A late specializer, data-informed technical writer who is constantly hungry for growth. A lifelong learner who is interested in the marriage between creativity and technology.

Advertisements

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.